Kamis, 03 Januari 2013

angka penyabunan

Bilangan Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan bobot molekul minyak/lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek, akan mempunyai bobot molekul (Mr) kecil, sedangkan minyak dengan rantai karbon panjang akan mempunyai bobot molekul yang lebih besar. Minyak/lemak yang mempunyai bobot molekul kecil akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan bobot molekul besar akan mempunyai bilangan penyabunan yang relatif kecil.
Bilangan Penyabunan (Safonifikasi) adalah banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk mempersabunkan satu gram minyak/lemak.

Adapun cara penentuannya adalah: 5 gram minyak ditimbang dalam labu erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkahol. Selanjutnya ditutup, dan dilakukan pemanasan secara refluk mendidih selama 30 menit), yang bertujuan untuk menghidrolisa dan mempersabunkan minyak/lemak Kemudian didingnkan dan ditambah indikator PP 1 % sebanyak 5 tetes, selanjutnya sisa HCl ditetrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi, sampai larutan berwarna merah jambu atau tepat warna merah hilang. Lakukan perlakuan blanko, dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol, langsung tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N sampai Titik Akhir Titrasi Tepat warna merah hilang (merah Muda).


Dasar Analisa Bilangan Penyabunan (Metode Alkalimetri)
Mengenai dasar analisa penetapan Bilangan Penyabunan lemak metode Alkalimetri yang digunakan ada beberapa langkah/tahapan sebagai berikut:
1.Penimbangan sampel 1,5 – 5 gram sampel ditimbang dalam labu erlenmeyer yang bersih dan bebas minyak/lemak dengan teliti.
2.Hidrolisa/Penyabunan
        Sampel yang telah ditimbang ditambah 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol kemudian dipanaskan secara refluk selama 30 menit, tahapan ini bertujuan untuk menghidrolisa dan mempersabunkan minyak/lemak.
3.Titrasi
        Sisa KOH yang mempersabunkan minyak/lemak didinginkan dan ditambah dengan larutan indikator PP 1 % sebanyak 5 tetes, lalu dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi, sampai mencapai Titik Akhir Titrasi dari merah menjadi merah jambu atau tepat warna merah hilang.
        Lakukan perlakuan blanko, dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol, langsung tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N sampai Titik Akhir Tetrasi Tepat warna merah hilang (merah muda).

Rangkuman Materi
1. Minyak adalah senyawa Ester tri glisirida yang terbentuk dari reaksi antara Alkanol trivalen (Gliserol) dan Asam Lemak.
2. Asam lemak penyusun minyak/lemak ada dua jenis yaitu Asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
3. Asam lemak jenuh sebagian besar terdapat dalam bahan hewani, sedangkan asam lemak tak jenuh terdapat dalam bahan nabati.
4. Penyebab terjadinya rancidity adalah adanya asm lemak tak jenuh yang mengalami adisi terhadap oksigen.
5. Apabila minyak ditambahkan dengan basa kuat maka akan terbentuk Sabun (Safonifikasi).
6. Salah satu diantara parameter penentu mutu minyak adalah Bilangan Penyabunan.
7. Langkah penetapan/analisa Bilangan Penyabunan adalah:
a. Penimbangan sampel
b. Hidrolisa/penyabunan dengan pemanasan secara reflux
c. Pendinginan
d. Penitaran.
8. Titik Akhir Titrasi yang digunakan sebagai kriteria penitaran sisa KOH terhadap HCl adalah ditandai dengan perubahan warna dari merah ke merah jambu atau tepat warna merah hilang.
9. Apabila asam lemak penyusun dari minyak mempunyai bobot molekul kecil, maka Bilangan Penyabunan menjadi besar dan sebaliknya apabila bobot molekul asam lemak besar, maka Bilangan Penyabunan Kecil.
10. Proses penyabunan dapat terjadi asam lemak jenuh (lemak dari bahan hewani )maupun asam lemak tak jenuh (minyak dari bahan Nabati).